Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Rangkap Tiga jadi Satu (Alkuna—Alkana)

       Hanya anggapan semata jika tak terlalu paham manakala dunia begitu indah berputar. Semuanya musti dan pasti berubah. Karena sang hukum semesta pertama tak akan pernah bisa singgah. Sejenak pun mana peduli dengan sekitarnya. Sedetik pun mana sudi menolehkan pandang. Ialah waktu, yang dengan namanya Tuhan bersumpah. Betapa rugi mereka yang tak benar paham, menyertai waktu adalah harapan. Badai pasti berlalu, karena waktu tak kenal lelah berjalan. Hujan segera reda, sebab waktu tak pernah mengenal kata usai. Ketahuilah, boleh jadi satu-satunya hal yang takkan musnah di semesta ini adalah waktu. Bagaimanalah, sebab amat mustahil ia musnah dan tiada. Bagaimana kehidupan akan berjalan setelahnya. Bagi kalian yang percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian, waktu tak benar-benar lenyap. Membingungkan bukan? Mau tak mau ia harus tetap ada. Keberlanjutannya must be exist.          Diantara banyaknya corak di dunia ini, gue adalah salah satu titik kecil. Berada dalamnya, terlibat ol

Berbenah atau Membangun?

       Kebanyakan orang tak benar paham jika perbaikan tak sekedar jadi lebih baik lantas selesai. Sama halnya dengan kepolosan berpikir untuk membuka lembaran baru, serta merta terlihat bagus dan kemilau. Camkan bahwa setiap perbaikan andai sebelumnya terjadi ketidaktelitian walau hanya semili saja. Kahancuran berskala besar menjadi momok yang seharusnya ditakuti. Tergoyang sedikit runtuh. Tersulut sedikit hangus. Meninggalkan bekas yang tak elok dipandang. Cermatilah dengan seksama. Jangan sampai hal yang seharusnya memulihkan keadaan yang ada, justru menikamnya dengan belati tajam berlumur racun. Ketahuilah, daripada membangun kembali bangunan yang telah runtuh, ada baiknya jika merancang dan membuat saja bangunan baru. Dengan harapan esok lusa lebih kokoh dan kuat tahan banting. Pahamilah, daripada menyiram tanaman yang telah layu, ada bagusnya jika menanam tanaman yang baru. Dengan secercah harapan, kelak menjadi lebih indah. Elok dipandang dengan segerombol buah lezat tergelant

Integrasi Tak Bertepi, Loyalitas Tanpa Batas

       Mungkin kekuatan tak akan ada artinya. Bila ada saat dimana ia sudah mencapai klimaks. Dan menjorok ke dasar lembah kelemahan yang paling dalam. Boleh jadi demikian. Tak jadi soal.         Tampaknya komitmen terasa sia-sia. Menguap ke atas hingga hilang tak berbekas. Hanya karena kepercayaan tak lagi menyertai di sudut-sudut ruang hati. Seperti ditelan bumi. Raib tak ada sisa sama sekali. (1.1) Bagian Pengembangan Bahasa       Lain halnya jika timbul sesuatu yang kiranya agak sedikit mustahil diterapkan. Hei, bukankah kemungkinan besar diciptakan untuk menjadi kenyataan? Menjadi sebuah keniscayaan. Sejujurnya,  jika segala sesuatu tak ada puncak dan batas. Maka yang ada kita jadi kehilangan arah untuk menentukan sebenarnya untuk apa kita diciptakan. Karena klimaks dan batas menuntun kita kepada tujuan yang paling sejati. Setelah pengembaraan kita yang cukup pendek ini. Mungkin memang mati bukanlah akhir. Tapi siapa yang tahu jika setelah itu bukan pula penutup dari se

Romansa Imaginer

       Bilamana kita menapaki masa remaja. Tak kunjung sampai ke sebuah titik pola pikir yang matang. Kosa kata ini muncul bak matahari terbit di ufuk timur. Amat menawan. Menjanjikan harapan dan janji masa depan cemerlang. Kala kita sekali saja memandang. Tak kunjung bosan dan enggan sekali memalingkan diri sejenak. Saat itulah kita berada dalam dimensi yang statistika teratur tak lagi tampak. Konfigurasi tanpa objek dan sasaran. Membumihanguskan nalar dan kelogisan. Hingga tak sadar saat teriknya mulai terasa. Mengambil alih kesadaran. Dengan durasi waktu yang tidak sedikit. Kurun waktu jangka panjang. Boleh jadi takkan  pernah sadar. Begitu bengis dan biadabnya. Ialah "cinta".           Lain halnya jika kita lebih bijak memilah dan  mengatur secara akurat, menuju matahari yang agaknya condong di ufuk barat. Hingga kita lebih dari sekedar takjub. Memandangnya adalah ketenangan. Menghapus penat tak terperikan. Sajian tepat menuju malam yang panjang. Mengalihkan luka yan

Korelasi agar Terkoneksi

        Boleh jadi saat kau terpaku ragu untuk sekedar menyatakannya, saat itulah semesta melakukan korespondensi bersama tuhan. Membantumu tumbuh kuat. Membimbingmu agar tak kenal penat. Akuilah, sejatinya kau senang jika dibantu. Tapi keduanya seringkali penuh teka-teki. Timbul tiba-tiba tanpa sepengetahuan kita. Karena jika kita tahu pasti apa yang akan terjadi, tidaklah seru bukan? Yakin pasti kiri adalah jurang, kananlah jalan yang mesti kau tempuh. Tak sesederhana itu bung. Ada masanya kita untuk sedikit lebih beda dari biasanya. Jangan menganggap hal baik dapat melahirkan hal baik. Sedang hal jahat dapat menciptakan hal jahat. Itu namanya naif. Lantas, apakah kita layak untuk menentukan pilihan yang dirasa orang sedikit melenceng dari skema aturan yang telah diberikan? Jawabku satu, mungkin. Terkadang pola-pola yang sudah ada mengandung pesan bahwa kita harus membuat sebuah pola yang nantinya bisa menjadi penyempurna bagi yang sebelumnya. Meski ia tak beraturan. Bukan berarti

POSA 32, Sepekan Mengolah Raga

         Hari-hari penuh sesak, keluh kesah menyelimut berkabut saat Ujian Tengah Semester hampir selesai. Lah, kok bisa begitu ya? Siapa bilang kalau kami,  habis ujian selesai lantas bisa menikmati euforia nafas lega begitu saja? Not us . Ada yang bilang kalau satu masalah selesai, datang deretan masalah sebelum sempat kita mengambil nafas. Itu membuktikan bahwa kita terus tumbuh menuju ke level berikutnya yang lebih menggelegar gempar dari sebelumnya. Memang ini adalah event refreshing yang dibuat sedemikian rupa agar para santri Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam melupakan sedikit hiruk pikuk selama UTS. Itu kalian, wahai, para bocah kelas 7 hingga 10. Karena dibuat sedemikian rupa itulah kami harus membiarkan sedikit alam sadar kami yang bahkan belum mendapatkan sensasi selesai ujian. Hei, tahukah kalian bagaimana susahnya membuat sebuah awal? Karena mengikuti tak lebih baik dari seuntai ekor yang terjulur kaku. Terombang ambing tak tentu arah. Patuh manut. Lain halnya mer