Hanya anggapan semata jika tak terlalu paham manakala dunia begitu indah berputar. Semuanya musti dan pasti berubah. Karena sang hukum semesta pertama tak akan pernah bisa singgah. Sejenak pun mana peduli dengan sekitarnya. Sedetik pun mana sudi menolehkan pandang. Ialah waktu, yang dengan namanya Tuhan bersumpah. Betapa rugi mereka yang tak benar paham, menyertai waktu adalah harapan. Badai pasti berlalu, karena waktu tak kenal lelah berjalan. Hujan segera reda, sebab waktu tak pernah mengenal kata usai. Ketahuilah, boleh jadi satu-satunya hal yang takkan musnah di semesta ini adalah waktu. Bagaimanalah, sebab amat mustahil ia musnah dan tiada. Bagaimana kehidupan akan berjalan setelahnya. Bagi kalian yang percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian, waktu tak benar-benar lenyap. Membingungkan bukan? Mau tak mau ia harus tetap ada. Keberlanjutannya must be exist. Diantara banyaknya corak di dunia ini, gue adalah salah satu titik kecil. Berada dalamnya, terlibat ol
Kebanyakan orang tak benar paham jika perbaikan tak sekedar jadi lebih baik lantas selesai. Sama halnya dengan kepolosan berpikir untuk membuka lembaran baru, serta merta terlihat bagus dan kemilau. Camkan bahwa setiap perbaikan andai sebelumnya terjadi ketidaktelitian walau hanya semili saja. Kahancuran berskala besar menjadi momok yang seharusnya ditakuti. Tergoyang sedikit runtuh. Tersulut sedikit hangus. Meninggalkan bekas yang tak elok dipandang. Cermatilah dengan seksama. Jangan sampai hal yang seharusnya memulihkan keadaan yang ada, justru menikamnya dengan belati tajam berlumur racun. Ketahuilah, daripada membangun kembali bangunan yang telah runtuh, ada baiknya jika merancang dan membuat saja bangunan baru. Dengan harapan esok lusa lebih kokoh dan kuat tahan banting. Pahamilah, daripada menyiram tanaman yang telah layu, ada bagusnya jika menanam tanaman yang baru. Dengan secercah harapan, kelak menjadi lebih indah. Elok dipandang dengan segerombol buah lezat tergelant