Langsung ke konten utama

Integrasi Tak Bertepi, Loyalitas Tanpa Batas

       Mungkin kekuatan tak akan ada artinya. Bila ada saat dimana ia sudah mencapai klimaks. Dan menjorok ke dasar lembah kelemahan yang paling dalam. Boleh jadi demikian. Tak jadi soal. 
       Tampaknya komitmen terasa sia-sia. Menguap ke atas hingga hilang tak berbekas. Hanya karena kepercayaan tak lagi menyertai di sudut-sudut ruang hati. Seperti ditelan bumi. Raib tak ada sisa sama sekali.
(1.1) Bagian Pengembangan Bahasa 

     Lain halnya jika timbul sesuatu yang kiranya agak sedikit mustahil diterapkan. Hei, bukankah kemungkinan besar diciptakan untuk menjadi kenyataan? Menjadi sebuah keniscayaan. Sejujurnya,  jika segala sesuatu tak ada puncak dan batas. Maka yang ada kita jadi kehilangan arah untuk menentukan sebenarnya untuk apa kita diciptakan. Karena klimaks dan batas menuntun kita kepada tujuan yang paling sejati. Setelah pengembaraan kita yang cukup pendek ini. Mungkin memang mati bukanlah akhir. Tapi siapa yang tahu jika setelah itu bukan pula penutup dari segala hal yang ada. Itu adalah kekuasaan sang pencipta.      
(1.2) Pengurus Harian

       Entah bagaimana prosesnya nanti, Dia bebas menentukan sesuka hati. Tanpa klimaks, tanpa batas. Minimal jika kita tak bisa meraih kedua hal tersebut. Mencoba dan berusaha konsisten adalah pilihan terbaik. Ketimbang kita  berserah lalu menyerah kalah. Itulah hal yang mampu lakukan selagi Tuhan masih sayang kepada kita. Dengarkanlah sedikit logika matematika ini. Daripada kita pasrah terhadap garis lurus yang kita tahu pasti ujungnya. Alangkah baiknya kita sedikit mengulur waktu. Dengan berbelok ke berbagai arah seraya membuat pola yang indah. 
       Sejarah mencatat bahwa Konstantinople sebelum takluk oleh Sulthan Mehmed II(Muhammad Al-Fatih), telah terjadi penjarahan besar oleh Tentara Salib pada Perang Salib yang Keempat tepatnya tahun 1204. Kekaisaran Romawi Timur tersebut kemudian terpecah menjadi beberapa bagian. Sebelum akhirnya direbut kembali oleh salah satu negara penerus Romawi Timur, yaitu Kekaisaran Nicea. Beratus-ratus tahun lamanya Konstantinople  dikenal sebagai the most strong defense city. 
(1.3) Sport Section 

       Pertahanan yang amat kuat. Tak mudah tembus oleh sekedar banyaknya kuantitas prajurit dan gencarnya serangan sebuah aliansi. Seketika takluk dengan mudahnya karena kelalaian berujung penyesalan. Penjarahan pertama terjadi sebab mereka abai oleh kemewahan. Menyebabkan hutang bertumpuk lantas terpuruk oleh serangan mendadak. Kekalahan kedua oleh Sulthan Mehmed II sebab mereka terlalu yakin oleh teluk tanduk sebagai titik kelemahan  dilindungi oleh rantai besar nan kokoh. Sehingga abai oleh gerbang dekat pegunungan. Terbuka luas tak terjaga.

Baca Pengepungan dan Penjarahan Konstantinople oleh Tentara Salib. 
Baca juga Takluknya Konstantinople oleh Sulthan Mehmed II. 
       Semua itu harusnya menjadi pelajaran untuk tetap konsisten dalam menjaga hal-hal yang sudah ada. Tak terlena dengan kemewahan semata. 
Seandainya mereka bisa lebih membelok dan membuat pola indah. Garis yang tidak sekedar lurus. 
Tak perlu merasa itu hal yang percuma. Mungkin pola tersebut bisa lebih menggambarkan serta mengilustrasikan betapa gemilangnya kejayaaan pada masa itu. Serta merta menyempatkan sejenak dalam goresan tinta emas sejarah. Pastinya selalu terpatri dalam ingatan dan kenangan yang artistik.
(1.4) Hubungan Masyarakat 

       Berjibaku pada salah satu formasi komposisi dengan secantum visi misi, berlabel organisasi. Masa dimana dituntut untuk bisa dewasa dalam ranah waktu yang cukup absurd dan ganjil. Satu tahun. Itupun tidak penuh. Harus bisa menentukan kondisi terhadap teman. Jangan sampai terjadi disintegrasi faktor kinerja dan profesionalitas organisasi. Musti mempertahankan rasa percaya bahwa pemimpin memiliki suara yang akurat dan sejati. Karena dia dipilih bukan untuk kepentingan pribadi. Ialah wadah untuk menampung seluruh pendapat. Sehingga mereaksikannya menjadi keputusan absolut berdasarkan mutu dan kualitas. Disinilah loyalitas tanpa batas harus diterapkan. Percayalah kawan, jika ada suatu masa dimana kita tidak suka terhadap apa saja keputusan pemimpin kita. Itulah bukti bahwa semakin banyak kepala dalam organisasi ini, semakin susah untuk memadukan sekian banyak ide dan keputusan. Maka jangan kira menjadi pemimpin atau ketua semudah kamu berburuk sangka pada mereka. Yakinlah bahwa sejatinya mereka menyumbangkan seluruh perhatian dan pikiran dalam mengambil langkah selanjutnya. Konfigurasi dalam formasi komposisi tersebut tak akan pernah teratur tanpa intruksi dan koordinasi. Tidaklah sama antara pemimpin dan anggotanya. Bukan bermaksud ajang pengistimewaan. Bahkan barisan semut paling rapi pun memiliki komandan dan sederet aturan. Beberapa bagian yang seringkali dipandang sebelah mata pun memiliki andil dalam organisasi ini. It was they who made this complete and perfect. 
       Betapa sering kita meremehkan dan memandang sebelah mata terhadap arti penting sebuah integrasi dan loyalitas. Padahal, walaupun ada pengorbanan dan harga yang harus dibayar demi itu semua, akan lebih banyak resiko dan akibat fatal yang terjadi andai kita mengenyahkan keduanya. Membatasi keduanya. Membuat tepi dalam luasnya persatuan. Tanpa menilai penting tidaknya setiap personel yang ikut menyandang label yang sama. Lambang serta visi misi serupa yang kita ikrarkan komitmen bersama dalam serangkaian acara. Dikemas dalam ucapan sumpah suci yang kita emban meski ringan dilafalkan. Mari kita senantiasa memperhatikan sikap dan tindakan. Karena nikmat sesaat seringkali berujung pada akibat buruk berkepanjangan. 
       Sesekali jangan sampai salah satu di antaranya merusak apa yang ada hanya demi kepuasan pribadi semata. Jangan sampai memberi makan ego yang nantinya tumbuh subur. Menyeruak kokoh akarnya dalam dada hingga sulit mencabutnya. Ingatlah pepatah "kemarau setahun akan dimusnahkan oleh hujan sehari". Masing-masing dari kita adalah wajib menjaga nama baik OP3MIA(Organisasi Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam). Persatuan dan kesatuan yang kokoh. Tiada mempunyai tepi. Karena ketahuilah, meskipun sampah jika jumlahnya banyak ratusan bahkan ribuan. Petugas sampah paling hebat sekalipun bisa kewalahan kalau cuma sendirian. Disertai loyalitas kepercayaan tanpa dibatasi oleh sederet keegoisan. Tak mengapa masa jabatan kita ini tinggal sebentar lagi. Tak jadi soal meski tersisa beberapa bulan saja. Karena dalam organisasi ini bukanlah soal durasi. Tapi soal seberapa banyak kita berkontribusi. 
       


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seru!!! Pulang Bersama Konsulat PPMI Assalaam

          Ribetkah? Sebagai aku @arifrahmanfahasbu? Jawabannya iya. Banget malahan. Terutama kami yang " nyantri "  di @assalaamsolo harus pulang dengan mempersiapkan sebaik-baik rencana dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Apalagi dengan segudang persyaratan buat perpulangan. Harus pakai konsulatlah jikalau tak dijemput orang tua. Gak boleh keluar kompleklah. Kita bahkan harus nge-cancel semua yang sudah kita persiapkan jauh-jauh hari sebab si @corona.virus.inf0( corona virus disease 2019 )       Tapi setidaknya ada yang patut disyukuri. Entah hanya aku yang merasa, tapi biarlah kubagikan sedikit kesyukuran dibalik apa yang kualami. Come on ... cause of that , kami yang dari Konsulat Sumatera bisa perpulangan bareng. Ah alay, gitu doang... Memang cuy, tapi aku bersyukur bisa bareng gini. Ada kejadian menarik tadi saat di bandara. Seseorang perempuan membawa bola kesayangannya hanya untuk bisa dimainkan saat di rumahnya, Bengkulu . Aku sempet mikir ini cewe ngapain

Rangkap Tiga jadi Satu (Alkuna—Alkana)

       Hanya anggapan semata jika tak terlalu paham manakala dunia begitu indah berputar. Semuanya musti dan pasti berubah. Karena sang hukum semesta pertama tak akan pernah bisa singgah. Sejenak pun mana peduli dengan sekitarnya. Sedetik pun mana sudi menolehkan pandang. Ialah waktu, yang dengan namanya Tuhan bersumpah. Betapa rugi mereka yang tak benar paham, menyertai waktu adalah harapan. Badai pasti berlalu, karena waktu tak kenal lelah berjalan. Hujan segera reda, sebab waktu tak pernah mengenal kata usai. Ketahuilah, boleh jadi satu-satunya hal yang takkan musnah di semesta ini adalah waktu. Bagaimanalah, sebab amat mustahil ia musnah dan tiada. Bagaimana kehidupan akan berjalan setelahnya. Bagi kalian yang percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian, waktu tak benar-benar lenyap. Membingungkan bukan? Mau tak mau ia harus tetap ada. Keberlanjutannya must be exist.          Diantara banyaknya corak di dunia ini, gue adalah salah satu titik kecil. Berada dalamnya, terlibat ol

Korelasi agar Terkoneksi

        Boleh jadi saat kau terpaku ragu untuk sekedar menyatakannya, saat itulah semesta melakukan korespondensi bersama tuhan. Membantumu tumbuh kuat. Membimbingmu agar tak kenal penat. Akuilah, sejatinya kau senang jika dibantu. Tapi keduanya seringkali penuh teka-teki. Timbul tiba-tiba tanpa sepengetahuan kita. Karena jika kita tahu pasti apa yang akan terjadi, tidaklah seru bukan? Yakin pasti kiri adalah jurang, kananlah jalan yang mesti kau tempuh. Tak sesederhana itu bung. Ada masanya kita untuk sedikit lebih beda dari biasanya. Jangan menganggap hal baik dapat melahirkan hal baik. Sedang hal jahat dapat menciptakan hal jahat. Itu namanya naif. Lantas, apakah kita layak untuk menentukan pilihan yang dirasa orang sedikit melenceng dari skema aturan yang telah diberikan? Jawabku satu, mungkin. Terkadang pola-pola yang sudah ada mengandung pesan bahwa kita harus membuat sebuah pola yang nantinya bisa menjadi penyempurna bagi yang sebelumnya. Meski ia tak beraturan. Bukan berarti