Mungkin kekuatan tak akan ada artinya. Bila ada saat dimana ia sudah mencapai klimaks. Dan menjorok ke dasar lembah kelemahan yang paling dalam. Boleh jadi demikian. Tak jadi soal.
Tampaknya komitmen terasa sia-sia. Menguap ke atas hingga hilang tak berbekas. Hanya karena kepercayaan tak lagi menyertai di sudut-sudut ruang hati. Seperti ditelan bumi. Raib tak ada sisa sama sekali.
(1.1) Bagian Pengembangan Bahasa |
Lain halnya jika timbul sesuatu yang kiranya agak sedikit mustahil diterapkan. Hei, bukankah kemungkinan besar diciptakan untuk menjadi kenyataan? Menjadi sebuah keniscayaan. Sejujurnya, jika segala sesuatu tak ada puncak dan batas. Maka yang ada kita jadi kehilangan arah untuk menentukan sebenarnya untuk apa kita diciptakan. Karena klimaks dan batas menuntun kita kepada tujuan yang paling sejati. Setelah pengembaraan kita yang cukup pendek ini. Mungkin memang mati bukanlah akhir. Tapi siapa yang tahu jika setelah itu bukan pula penutup dari segala hal yang ada. Itu adalah kekuasaan sang pencipta.
Entah bagaimana prosesnya nanti, Dia bebas menentukan sesuka hati. Tanpa klimaks, tanpa batas. Minimal jika kita tak bisa meraih kedua hal tersebut. Mencoba dan berusaha konsisten adalah pilihan terbaik. Ketimbang kita berserah lalu menyerah kalah. Itulah hal yang mampu lakukan selagi Tuhan masih sayang kepada kita. Dengarkanlah sedikit logika matematika ini. Daripada kita pasrah terhadap garis lurus yang kita tahu pasti ujungnya. Alangkah baiknya kita sedikit mengulur waktu. Dengan berbelok ke berbagai arah seraya membuat pola yang indah.
Sejarah mencatat bahwa Konstantinople sebelum takluk oleh Sulthan Mehmed II(Muhammad Al-Fatih), telah terjadi penjarahan besar oleh Tentara Salib pada Perang Salib yang Keempat tepatnya tahun 1204. Kekaisaran Romawi Timur tersebut kemudian terpecah menjadi beberapa bagian. Sebelum akhirnya direbut kembali oleh salah satu negara penerus Romawi Timur, yaitu Kekaisaran Nicea. Beratus-ratus tahun lamanya Konstantinople dikenal sebagai the most strong defense city.
(1.3) Sport Section |
Pertahanan yang amat kuat. Tak mudah tembus oleh sekedar banyaknya kuantitas prajurit dan gencarnya serangan sebuah aliansi. Seketika takluk dengan mudahnya karena kelalaian berujung penyesalan. Penjarahan pertama terjadi sebab mereka abai oleh kemewahan. Menyebabkan hutang bertumpuk lantas terpuruk oleh serangan mendadak. Kekalahan kedua oleh Sulthan Mehmed II sebab mereka terlalu yakin oleh teluk tanduk sebagai titik kelemahan dilindungi oleh rantai besar nan kokoh. Sehingga abai oleh gerbang dekat pegunungan. Terbuka luas tak terjaga.
Baca Pengepungan dan Penjarahan Konstantinople oleh Tentara Salib.
Baca juga Takluknya Konstantinople oleh Sulthan Mehmed II.
Baca Pengepungan dan Penjarahan Konstantinople oleh Tentara Salib.
Baca juga Takluknya Konstantinople oleh Sulthan Mehmed II.
Semua itu harusnya menjadi pelajaran untuk tetap konsisten dalam menjaga hal-hal yang sudah ada. Tak terlena dengan kemewahan semata.
Seandainya mereka bisa lebih membelok dan membuat pola indah. Garis yang tidak sekedar lurus.
Tak perlu merasa itu hal yang percuma. Mungkin pola tersebut bisa lebih menggambarkan serta mengilustrasikan betapa gemilangnya kejayaaan pada masa itu. Serta merta menyempatkan sejenak dalam goresan tinta emas sejarah. Pastinya selalu terpatri dalam ingatan dan kenangan yang artistik.
(1.4) Hubungan Masyarakat |
Berjibaku pada salah satu formasi komposisi dengan secantum visi misi, berlabel organisasi. Masa dimana dituntut untuk bisa dewasa dalam ranah waktu yang cukup absurd dan ganjil. Satu tahun. Itupun tidak penuh. Harus bisa menentukan kondisi terhadap teman. Jangan sampai terjadi disintegrasi faktor kinerja dan profesionalitas organisasi. Musti mempertahankan rasa percaya bahwa pemimpin memiliki suara yang akurat dan sejati. Karena dia dipilih bukan untuk kepentingan pribadi. Ialah wadah untuk menampung seluruh pendapat. Sehingga mereaksikannya menjadi keputusan absolut berdasarkan mutu dan kualitas. Disinilah loyalitas tanpa batas harus diterapkan. Percayalah kawan, jika ada suatu masa dimana kita tidak suka terhadap apa saja keputusan pemimpin kita. Itulah bukti bahwa semakin banyak kepala dalam organisasi ini, semakin susah untuk memadukan sekian banyak ide dan keputusan. Maka jangan kira menjadi pemimpin atau ketua semudah kamu berburuk sangka pada mereka. Yakinlah bahwa sejatinya mereka menyumbangkan seluruh perhatian dan pikiran dalam mengambil langkah selanjutnya. Konfigurasi dalam formasi komposisi tersebut tak akan pernah teratur tanpa intruksi dan koordinasi. Tidaklah sama antara pemimpin dan anggotanya. Bukan bermaksud ajang pengistimewaan. Bahkan barisan semut paling rapi pun memiliki komandan dan sederet aturan. Beberapa bagian yang seringkali dipandang sebelah mata pun memiliki andil dalam organisasi ini. It was they who made this complete and perfect.
Betapa sering kita meremehkan dan memandang sebelah mata terhadap arti penting sebuah integrasi dan loyalitas. Padahal, walaupun ada pengorbanan dan harga yang harus dibayar demi itu semua, akan lebih banyak resiko dan akibat fatal yang terjadi andai kita mengenyahkan keduanya. Membatasi keduanya. Membuat tepi dalam luasnya persatuan. Tanpa menilai penting tidaknya setiap personel yang ikut menyandang label yang sama. Lambang serta visi misi serupa yang kita ikrarkan komitmen bersama dalam serangkaian acara. Dikemas dalam ucapan sumpah suci yang kita emban meski ringan dilafalkan. Mari kita senantiasa memperhatikan sikap dan tindakan. Karena nikmat sesaat seringkali berujung pada akibat buruk berkepanjangan.
Sesekali jangan sampai salah satu di antaranya merusak apa yang ada hanya demi kepuasan pribadi semata. Jangan sampai memberi makan ego yang nantinya tumbuh subur. Menyeruak kokoh akarnya dalam dada hingga sulit mencabutnya. Ingatlah pepatah "kemarau setahun akan dimusnahkan oleh hujan sehari". Masing-masing dari kita adalah wajib menjaga nama baik OP3MIA(Organisasi Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam). Persatuan dan kesatuan yang kokoh. Tiada mempunyai tepi. Karena ketahuilah, meskipun sampah jika jumlahnya banyak ratusan bahkan ribuan. Petugas sampah paling hebat sekalipun bisa kewalahan kalau cuma sendirian. Disertai loyalitas kepercayaan tanpa dibatasi oleh sederet keegoisan. Tak mengapa masa jabatan kita ini tinggal sebentar lagi. Tak jadi soal meski tersisa beberapa bulan saja. Karena dalam organisasi ini bukanlah soal durasi. Tapi soal seberapa banyak kita berkontribusi.
Jadikan ini pengalaman berharga dalam hidup!
BalasHapus